top of page
Search

KH Haysim Asy’ari: Islam dan Kebangsaan

  • Writer: Lingkar Mahasiswa Kebumen
    Lingkar Mahasiswa Kebumen
  • Dec 2, 2021
  • 4 min read

Oleh: Dwi Nur Faizal


KH Hasyim Asy’ari merupakan tokoh ulama kharismatik dari Jombang, Jawa Timur yang memiliki pemikiran besar tentang konsep Islam dan Kebangsaan. Kh Hasyim Asy’ari dianggap sebagai tokoh yang par-exellence yang mampu memadukan konsep islam dan kebangsaan menjadi khasanah khas Indonesia. Melalui karya-karyanya, beliau telah menunjukan bahwa antara islam dan kebangsaan tidak bisa dipisahkan. Nilai keisalaman dipandang sebagai nilai yang universal, sedangkan kebangsaan adalah sebagai realitas sosial dimana keduanya tak dapat dipisahkan. Beliau telah menjadi uswatun khasanah baik dari segi pemikiran, sikap, tingkah laku, maupun tutur bahasanya.


Namun akhir-akhir ini justru muncul golongan-golongan yang menentang konsep islam dan kebangsaan. Muncul kaum yang menginginkan berdirinya negara islam di Indonesia. Golongan tersebut menganggap semua yang tidak bersumber dari Al Quran dan hadist adalah bid’ah dan mesti dijauhi. Konsep islam dan kebangsaan serta Pancasila dianggap sebagai hasil cipta manusia dan bukan bersumber langsung dari Allah SWT yang seharusnya dihindari. Disini, pemikiran-pemikiran KH Hasyim menunjukan bahwa islam dan Indonesia harus berjalan bersama untuk menciptakan kehidupan yang damai.


Biografi Singkat KH Hasyim Asy’ari

Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari atau memiliki nama asli Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 atau 24 Dzulqoidah 1287 H. Ayahnya, KH Asy’ari merupakan pendiri Pondok Pesantren Gedang pada akhir abad ke 19. Sedangkan kakeknya adalah pendiri Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang. Selain dari golongan kyai, KH Hasyim Asy’ari juga memiliki darah bangsawan yang masih keturunan Joko Tingkir, hingga Sunan Giri. KH Hasyim mendapat pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya. Baru setelah umur 15 tahun KH Hasyim memulai berkelana di pesantren-pesantren di Pulau Jawa. Pesantren yang pernah menjadi tempat belajar KH Hasyim antara lain di Wonocolo, Jombang, pesantren di Probolinggo, Pesantren Langitan Tuban, hingga menuntut ilmu di tempat Kyai Kholil Bangkalan, Madura. Baru setelah itu KH Hasyim melanjutkan pendidikannya ke tanah suci Makkah bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Disana beliau menuntut ilmu hingga berbulan-bulan. Kajian utamanya adalah hadist, memang menjadi kesuakaannya, hingga mendapat gelar Haddratusy Syaikh.


Pemikiran Kebangsaan KH Hasyim Asy’ari

Arah pandangan politik KH Hasyim mengarah pada ide-ide politik. Pemikiran beliau sepemahaman dengan gagasan Imam Al-Ghazali. Pemikiran ini sangat akomodatif. Hal ini karena pemikiran ini muncul ketika islam sedang mengalami kemunduran. Sikap akomodatif terhadap penguasa ini baik kepada pemimpin yang islam maupun non islam. Mulanya, KH Hasyim bukanlah seorang aktivis dan musuh penjajah. Awalnya hapandangannya terhadap penjajah, selama tidak mengganggu dinamika keislaman maka tidak masalah. KH Hasyim tidak secara langsung terang-terangan menunjukan sikapnya. Namun meskipun demikian, KH Hasyim dipandang sebagai tokoh politik yang spiritual. Sikap politiknya low profile sampai akhir khayatnya.


Perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam Organisasi Nahdlatul Ulama

Seluruh hidup KH Hasyim dapat dikatakan digunakan untuk menyebarkan agama islam. Kehidupannya dipenuhi dengan mengajar dan berdakwah islam. Kemudian Beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. Sesekali juga disibukan dengan perkumpulan organisasi ulama se Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah Beliau mengembara ilmu di pesantren-pesantren di Jawa Timur dan sampai ke tanah suci Makkah. Kemudian Beliau bersama muridnya KH Wahab Hasbullah mendirikan organisasi islam bernama Nahdlatul Ulama. Sebelum mendirikan pondok, Beliau telah mendapat persetujuan oleh gurunya yaitu KH Kholil Bangkalan. Tujuan berdirinya NU tak semata mencari popularitas dan kekuasaan semata. Namun mencoba menjaga nilai-nilai islam tradisional yang selama ini cocok menjadi sektor dakwah ditanah jawa. Ajaran walisongo dianggap sangat cocok dengan karakteristik orang jawa dan inilah yang mencoba dipertahankan oleh NU. Jiwa persatuan dalam NU berada pada keniatan untuk menyatukan seluruh umat islam dan Ulama di Indonesia. Tercermin dalam namanya yaitu Nahdlatul Ulama atau kebangkitan para ulama. NU menentang segala bentuk penjajahan terhadap rakyat Indonesia.


Reaksi KH Hasyim Asy’ari Melawan Kolonial Belanda

KH Hasyim Asy’ari merupakan tokoh ulama kharismatik di Indonesia. KH Hasyim banyak mengeluarkan fatwa jihad atas kolonialisasi Belanda. Dari mulai pembatasan kegiatan keagamaan hingga pengekangan kebebebasan masyarakat secara umum. Rakyat Indonesia yang dalam posisi terjajah memiliki hak untuk berontak dan membebaskan diri dari jajahan. KH Hasyim hadir ditengah masyarakat islam dan mengeluarkan fatwa jihad sebagai jihad kebangsaan. Bentuk perlawanan terhadap penjajah salah satunya saat hendak melakukan haji kedua kalinya. Beliau bersama ulama-ulama besar dari Malaysia, Brunei Darussalam, Timur Tengah, dan dari Benua Afrika. Forum ini menghasilkan ikrar yang isinya para ulama-ulama mengikrarkan diri bahwa keilmuannya digunakan untuk membantu perlawanan terhadap penindasan kolonial. Konsep Jihad Kebangsaan KH Hasyim dapat dikatakan sangat efektif dikalangan pesantren. Sebelumnya, santri telah belajar teori tentang jihad, namun bingung dalam peneraapannya, santri harus berjihad melawan orang kafir yang macam apa. Dengan jeniusnya KH Hasyim dapat membakar semangat kebangsaan santri untuk berjihad. Disini, jihad sangat real karena melawan penjajah yang disebut “kaum kafir londo” dan memang inilah kafir yang sesungguhnya dimasa itu, mengambil hak dan membatasi hak masyarakat Indonesia. KH Hasyim juga melakukan perannya dalam organisasi. Beliau merupakan Ketua MIAI atau Majelis Islam A’la Indonesia. Kemudian beliau menggabungkan organisasi islam ini dengan organisasi sayap kanan nasionalis yaitu GAPI atau Gabungan Politik Indonesia. Beliau juga berfatwa untuk menolak bentuk wajib militer Belanda yang dipersiapkan untuk menghadapi Jepang dan menolak donor darah untuk kepentingan perang Belanda.


Reaksi KH Hasyim Asy’ari Melawan Kolonial Jepang

Bentuk reaksi penolakan KH Hasyim terhadap kolonialisasi Jepang yaitu menolak segala bentuk niponisasi. KH Hasyim berfatwa untuk rakyat Indonesia tidak mengikuti budaya seikerei atau bentuk kewajiban melakukan penghormatan terhadap matahari pukul 07.00. ini merupakan bentuk penghormatan dan ketundukan pada Dewa. Hal ini sangat ditentang oleh KH Hasyim karena tak sepantasnya muslim menyembah selain Allah. Atas penolakan kerasnya tersebut, menyebabkan KH Hasyim dipenjarakan oleh Jepang. Kabarnya Beliau sempat dipindahkan dari Jombang, Mojokerto, hingga Bubutan Surabaya. Beliau diberlakukan secara keras oleh Jepang. Beliau disiksa hingga jari tangannya patah dan tidak bisa digerakan. Hal ini sempat menjadikan aktivitas di Pesantren Tebuireng terhenti.


Ketokohan KH Hasyim Asy’ari diakui oleh semua kalangan, bahkan pemikirannya diterima oleh organisasi islam yang tidak sepemahaman dengan Nahdlatul Ulama. Kredibilitas Beliau merupakan symbol keislaman, kebangsaan, kepemimpinan, serta wawasan kenegaraan yang luas sebagai bentuk rasa cinta tanah air.


Simpulan

KH Hasyim adalah cerminan tokoh islam yang moderat. Keislaman, jiwa kepemimpinan, dan wawasan kebangsaan sangat melekat pada Beliau. Beliau berhasil memadukan antara Islam, Negara, dan tradisionalis masa itu. Sudah seharusnya KH hasyim menjadi role model Islam masa kini.

 
 
 

Recent Posts

See All
ADA HARAP UNTUKMU

Oleh Rista Septiana Apa yang akan terlintas di benak kalian jika mendengar kata Kebumen? “Kebumen itu di mana?” Tanya mereka orang-orang...

 
 
 

Comments


©2021 by lingkarmahasiswakebumen. Proudly created with Wix.com

bottom of page